Benny Putra ( Dirut BPL Cabang Bengkulu periode 2015-2016) |
Mata Reality || Istilah Recruitment seringkali
kita pahami sebagai proses langkah awal seseorang untuk masuk dan bergabung
kedalam sebuah organisasi atau perusahaan, atau sebuah sistem penerimaan yang
dibuat organisasi atau perusahaan untuk mendapakkan anggota baru dan mengisi
kekosongan posisi berdasarkan kebutuhan organisasi atau perusahaan. Latihan
Kader 1 adalah sebuah jenjang training awal di Himpunan mahasiswa Islam (
kemudian disebut HMI), yang bertujuan membentuk pola pikir, sikap dan karakter
mahasiswa muslim ( calon ) anggota HMI. Seringkali kita (anggota HMI) memaknai
bahwasanya Latihan Kader 1 sebagai proses “perubahan sikap” calon anggota HMI.
Padahal proses tersebut juga berlaku bagi seluruh pengelola training ( panitia,
pengurus, dan steering commite ). Dalam konteks ini, Latihan Kader 1 bukan
hanya berbicara tentang
merekrut dan menambah jumlah anggota. Menurut saya, jika HMI hanya merekrut dan menambah jumlah anggota, maka ada syarat-syarat pendukung lainnya yang harus dimiliki dan dilengkapi oleh calon anggota. Misalnya, mahasiswa berprestasi, cerdas, ipk tinggi, berwawasan luas dan muslim (yang taat melaksanakan syariat islam). Hal ini akan menyebabkan tidak adannya proses kaderisasi didalamnya, sebab calon anggota yang direkrut memang sudah berkualitas dan sulit menerima sesuatu yang baru. Tetapi HMI memberi kesempatan bagi seluruh mahasiswa beragama islam untuk masuk dan berproses di HMI yang nantinya siap diolah, dibentuk, dan diproses oleh pengurus selama menjadi anggota. Karena syarat menjadi anggota HMI hanya dua yaitu :
merekrut dan menambah jumlah anggota. Menurut saya, jika HMI hanya merekrut dan menambah jumlah anggota, maka ada syarat-syarat pendukung lainnya yang harus dimiliki dan dilengkapi oleh calon anggota. Misalnya, mahasiswa berprestasi, cerdas, ipk tinggi, berwawasan luas dan muslim (yang taat melaksanakan syariat islam). Hal ini akan menyebabkan tidak adannya proses kaderisasi didalamnya, sebab calon anggota yang direkrut memang sudah berkualitas dan sulit menerima sesuatu yang baru. Tetapi HMI memberi kesempatan bagi seluruh mahasiswa beragama islam untuk masuk dan berproses di HMI yang nantinya siap diolah, dibentuk, dan diproses oleh pengurus selama menjadi anggota. Karena syarat menjadi anggota HMI hanya dua yaitu :
1. Mahasiswa
aktif
2. Beragama
islam
HMI melaksanakan Latihan Kader 1,
memberikan kesempatan bagi seluruh mahasiswa biasa dan beragama islam (walaupun hanya status) untuk masuk dan
berproses di HMI maka terciptalah sebuah proses kaderisasi. Dalam kegiatan
Latihan Kader 1, kepanitiaan mengkader dirinya untuk belajar bertanggung jawab
melaksanakan tugas yang diberikan dan mempengaruhi orang lain ( calon anggota ).
Pengurus belajar mengorganisir dan mengarahkan kepanitiaan.
Saya sedikit tersentil saat
seorang anggota HMI bertanya kepada saya, saat itu masi dalam suasana Latihan
Kader 1 di salah satu komusariat. Dia bertanya; “bang, kenapa kita tidak
merekrut calon anggota yang berkualitas saja,? Bukankan kuantitas yang sedikit
tetapi berkualitas lebih memudahkan kami para pengurus untuk mengolahnya nanti?
Saya hanya bisa menjawab, inilah bedanya HMI dengan organisasi lainnya. yang
menjadikan HMI sebagai organisasi tertua dan terbesar di Indonesia.
Menurut saya, HMI besar karena
proses kaderisasinnya. Bukan peran perekrutan anggota yang sudah memang
berkualitas. Output kaderisasinnya dilihat dari proses Latihan Kader 1 dan
pasca Latihan Kader 1 nantinya. Terdapat peran penting pengurus dalam mendidik,
menbina, dan mengolah pembentukan arakter masing-masing kader. Dibandingkan
dengan hanya merekrut calon nggota yang memang sudah berkualitas, kepanitiaan
akan merasa tidak ada tanggung jawab dan pengurus menjadi malas untuk berpikir
dan bertindak membentuk anggotanya tersebut. HMI memiliki daya tarik lewat
anggota yang berkualitas ( hasil pembinaan di HMI ), yang sebelumnya anggota
tersebut dipandang sebelah mata dari segi intelektualitasnya, pendiamnya di
ruang kelas maupun forum diskusi, malasnya beribadah, apatis, dan lain-lain.
Jika kaderisasi berjalan baik, maka output anggota yang dihasilkan juga akan
baik, nama himpunan pun ikut baik. Jika kaderisasi tidak lagi dianggap penting
maka output anggota yang dihasilkanpun buruk, menjadi segerombolan pereman-pereman,
tambah melalaikan ibadah, himpunanpun akan dianggap liberal, dianggap organisasi
pereman, dan lain-lain. Perlu kita pahami bahwa proses “Latihan Kader 1”
bukanlah bagian dari proses “Recruitment”, tetapi proses “Recruitment”
merupakan bagian dari proses”Latihan Kader 1”! berbeda makna keduanya yang
harus kita pahami bersama.
Sebagai pertimbangan bersama,
sebelum memilih antara kedua hal itu, ada beberapa pertanyaan yang harus kita
jawab bersama.
Kapan kepanitiaan melaksanakan
proses Recruitment? Saat mahasiswa baru mulai menginjakkan kaki di universitas
atau saat setelah terbentuknya kepanitiaan Latihan Kader 1?
Seberapa berpengaruh anggota HMI
saat ini? Apakah masih menjadi tauladan dilingkungannya?
Seberapa berhasilkah proses
kaderisasi di tubuh HMI? ( khususnya komisariat sebagai ujung tombak
pengelolaan dan pembentukan karakter pribadi anggota )
Bagaimanakah dengan Nilai Jual
HMI saat ini? Masihkah menghasilkan anggota yang berkualitas?
Menurut saya, HMI perlu perbaikan
internal, penekanan terhadap pengelolaan, pendidikan, pembinaan, dan
pembentukan karakter anggota. Jika itu terlaksana, maka anggota siap untuk
diarahkan kemanapun, siap berkompetisi, siap menjadi pendamping bagi masyarakat
yang membutuhkan, siap bergerak, dan lain-lain.
Mari kokohkan internal, jika internal
kokoh maka bergeraklah keluar. Malu keluar jika keluar tidak siap bergerak.
#SUPPORTPERKADERAN
Tidak ada komentar:
Write $type={blogger}Terimakasih atas partisipasinya
regards
mata reality