08 Desember 2016

Recruitment VS Basic Training (Latihan Kader I)



 Benny Putra ( Dirut BPL Cabang Bengkulu periode 2015-2016)
Mata Reality || Istilah Recruitment seringkali kita pahami sebagai proses langkah awal seseorang untuk masuk dan bergabung kedalam sebuah organisasi atau perusahaan, atau sebuah sistem penerimaan yang dibuat organisasi atau perusahaan untuk mendapakkan anggota baru dan mengisi kekosongan posisi berdasarkan kebutuhan organisasi atau perusahaan. Latihan Kader 1 adalah sebuah jenjang training awal di Himpunan mahasiswa Islam ( kemudian disebut HMI), yang bertujuan membentuk pola pikir, sikap dan karakter mahasiswa muslim ( calon ) anggota HMI. Seringkali kita (anggota HMI) memaknai bahwasanya Latihan Kader 1 sebagai proses “perubahan sikap” calon anggota HMI. Padahal proses tersebut juga berlaku bagi seluruh pengelola training ( panitia, pengurus, dan steering commite ). Dalam konteks ini, Latihan Kader 1 bukan hanya berbicara tentang
merekrut dan menambah jumlah anggota. Menurut saya, jika HMI hanya merekrut dan menambah jumlah anggota, maka ada syarat-syarat pendukung lainnya yang harus dimiliki dan dilengkapi oleh calon anggota. Misalnya, mahasiswa berprestasi, cerdas, ipk tinggi, berwawasan luas dan muslim (yang taat melaksanakan syariat islam). Hal ini akan menyebabkan tidak adannya proses kaderisasi didalamnya, sebab calon anggota yang direkrut memang sudah berkualitas dan sulit menerima sesuatu yang baru. Tetapi HMI memberi kesempatan bagi seluruh mahasiswa beragama islam untuk masuk dan berproses di HMI yang nantinya siap diolah, dibentuk, dan diproses oleh pengurus selama menjadi anggota. Karena syarat menjadi anggota HMI hanya dua yaitu :
1.       Mahasiswa aktif
2.       Beragama islam
HMI melaksanakan Latihan Kader 1, memberikan kesempatan bagi seluruh mahasiswa biasa dan beragama islam (walaupun hanya status) untuk masuk dan berproses di HMI maka terciptalah sebuah proses kaderisasi. Dalam kegiatan Latihan Kader 1, kepanitiaan mengkader dirinya untuk belajar bertanggung jawab melaksanakan tugas yang diberikan dan mempengaruhi orang lain ( calon anggota ). Pengurus belajar mengorganisir dan mengarahkan kepanitiaan.
Saya sedikit tersentil saat seorang anggota HMI bertanya kepada saya, saat itu masi dalam suasana Latihan Kader 1 di salah satu komusariat. Dia bertanya; “bang, kenapa kita tidak merekrut calon anggota yang berkualitas saja,? Bukankan kuantitas yang sedikit tetapi berkualitas lebih memudahkan kami para pengurus untuk mengolahnya nanti? Saya hanya bisa menjawab, inilah bedanya HMI dengan organisasi lainnya. yang menjadikan HMI sebagai organisasi tertua dan terbesar di Indonesia.
Menurut saya, HMI besar karena proses kaderisasinnya. Bukan peran perekrutan anggota yang sudah memang berkualitas. Output kaderisasinnya dilihat dari proses Latihan Kader 1 dan pasca Latihan Kader 1 nantinya. Terdapat peran penting pengurus dalam mendidik, menbina, dan mengolah pembentukan arakter masing-masing kader. Dibandingkan dengan hanya merekrut calon nggota yang memang sudah berkualitas, kepanitiaan akan merasa tidak ada tanggung jawab dan pengurus menjadi malas untuk berpikir dan bertindak membentuk anggotanya tersebut. HMI memiliki daya tarik lewat anggota yang berkualitas ( hasil pembinaan di HMI ), yang sebelumnya anggota tersebut dipandang sebelah mata dari segi intelektualitasnya, pendiamnya di ruang kelas maupun forum diskusi, malasnya beribadah, apatis, dan lain-lain. Jika kaderisasi berjalan baik, maka output anggota yang dihasilkan juga akan baik, nama himpunan pun ikut baik. Jika kaderisasi tidak lagi dianggap penting maka output anggota yang dihasilkanpun buruk, menjadi segerombolan pereman-pereman, tambah melalaikan ibadah, himpunanpun akan dianggap liberal, dianggap organisasi pereman, dan lain-lain. Perlu kita pahami bahwa proses “Latihan Kader 1” bukanlah bagian dari proses “Recruitment”, tetapi proses “Recruitment” merupakan bagian dari proses”Latihan Kader 1”! berbeda makna keduanya yang harus kita pahami bersama.
Sebagai pertimbangan bersama, sebelum memilih antara kedua hal itu, ada beberapa pertanyaan yang harus kita jawab bersama.
Kapan kepanitiaan melaksanakan proses Recruitment? Saat mahasiswa baru mulai menginjakkan kaki di universitas atau saat setelah terbentuknya kepanitiaan Latihan Kader 1?
Seberapa berpengaruh anggota HMI saat ini? Apakah masih menjadi tauladan dilingkungannya?
Seberapa berhasilkah proses kaderisasi di tubuh HMI? ( khususnya komisariat sebagai ujung tombak pengelolaan dan pembentukan karakter pribadi anggota )
Bagaimanakah dengan Nilai Jual HMI saat ini? Masihkah menghasilkan anggota yang berkualitas?
Menurut saya, HMI perlu perbaikan internal, penekanan terhadap pengelolaan, pendidikan, pembinaan, dan pembentukan karakter anggota. Jika itu terlaksana, maka anggota siap untuk diarahkan kemanapun, siap berkompetisi, siap menjadi pendamping bagi masyarakat yang membutuhkan, siap bergerak, dan lain-lain.
Mari kokohkan internal, jika internal kokoh maka bergeraklah keluar. Malu keluar jika keluar tidak siap bergerak.
#SUPPORTPERKADERAN

Tidak ada komentar:
Write $type={blogger}

Terimakasih atas partisipasinya

regards

mata reality

TRENDING TOPIK

Pentingnya Organisasi Kepemudaan dalam Membangun Bangsa

Organisasi kepemudaan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pelembagaan kepemudaan dan memperkuat identitas nasional di Indonesi...