21 April 2016

Darurat Kekerasan Seksual, KOHATI Bengkulu Menggelar Aksi Simpatik di Hari Kartini

KOHATI Bengkulu Menggelar Aksi Simpatik di Hari Kartini

“Semangat perjuangan seorang Kartini telah menembus ruang dan waktu. Walaupun sudah lebih satu abad beliau meninggal, namun semangat perjuangan dan karya-karyanya masih terasa hingga saat ini”

Dalam rangka memperingati semangat perjuangan Kartini, kader HMI-Wati Cabang Bengkulu  melakukan aksi simpatik di simpang lima Kota Bengkulu. Walaupun Kartini lebih dikenal dengan perjuangannya lewat tulisan, dengan semangat perjuangan yang sama kader HMI-Wati ini menyampaikan permasalahan sebagai bentuk simpati kepada saudara-saudara perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual. Aksi mereka telah merepresentasikan semangat perjuangan Kartini dalam membela hak-hak perempuan.



Selain membagikan brosur kepada masyarakat, para pejuang perempuan ini juga menyampaikan aspirasi mereka mengenai potret permasalahan perempuan Indonesia yang sudah masuk dalam zona darurat kekerasan seksual. “Bahwa peduli perempuan sama artinya memperbaiki generasi masa depan. Potret permasalahan perempuan hari ini sebagai sebuah refleksi bahwa kita perlu memiliki hukum yang jelas, yang tidak hanya menjadi pajangan semata. Karena saat ini, Bengkulu sudah masuk pada darurat kekerasan seksual.” Teriak salah satu orator, Widiana.

Selain itu, mereka juga menyuarakan mengenai kasus pemerkosaan yang terjadi di salah satu daerah di Provinsi Bengkulu. “Kasus remaja SMP di Dusun 5 Desa Kasie Kasubun, Kecamatan Padang Ulak Tanding (PUT) Rejang Lebong, beberapa hari yang lalu diperkosa 14 orang hingga meninggal. Kemudian mayatnya dibuang ke jurang sudah cukup menjadi bukti  bahwa Perda Kota Bengkulu tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak tidak pernah serius untuk dijalankan. Lantas inikah yang ingin disebut kota layak anak, kota layak untuk perempuan?” Lanjut Trisnawati dengan mata berkaca-kaca.

Dalam aksi ini, fokus KOHATI Cabang Bengkulu adalah menyoroti terkait semakin maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Bengkulu. Selain itu, mereka juga menyampaikan kasus incest yang sudah semakin mengkhawatirkan. “pada peringatan ini, saya menyampaikan bahwa sesungguhnya penghormatan Negara dan penghormatan social pada perempuan masih sangat artisifal. Semuanya disimplifikasi atas nama suka sama suka, atau bahkan mengutuk perempuanlah yang sejatinya salah, sehingga semunya hanya menguap saja tanpa tindak lanjut yang jelas”, sahut Kurniana selaku Ketua Umum Kohati Cabang Bengkulu.
Selain kasus kekerasan pada perempuan, saat ini berdasarkan data dari WCC, Bengkulu berada pada urutan teratas kasus incest. Tak mau melewatkan moment, kasus eksploitasi anak yang semakin marak juga menjadi argument pada orasi kartini – kartini muda ini.

Di akhir aksi simpatik, mereka menyampaikan beberapa pernyataan sikap sebagai berikut :
1. Mendukung perjuangan kaum perempuan  disetiap wilayah Indonesia dan mendukung pemberlakuan Perda Kota Bengkulu tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak;
2. Mendesak dihentikannya praktek kekerasan dan pelecehan seksual, maupun pemberitaan yang berpotensi mendeskreditkan dan melestarikan kekerasan seksual terhadap perempuan;
3. Mendesak pemberlakuan pendampingan hukum terhadap korban Incest;
4. Mendesak aparat pemerintahan untuk meningkatkan pengawasan dan menindak tegas pelaku eksploitasi anak.

Inilah beberapa tuntutan yang mereka sampaikan, kemudian aksi diakhiri dengan menyanyikan lagu kartini dan darah juang. Semoga aksi yang digelar tepat pada hari Kartini ini, tidak hanya berakhir di pinggir jalan. Tetapi dapat menjadi perhatian dan koreksi bersama mengenai salah satu permasalahn besar yang sedang dihadapi oleh perempuan. 
(Red: Kr. Edtr:Nm)

TRENDING TOPIK

Pentingnya Organisasi Kepemudaan dalam Membangun Bangsa

Organisasi kepemudaan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pelembagaan kepemudaan dan memperkuat identitas nasional di Indonesi...