Alfha Surya Astika |
Dewasa ini islam megalami perkembangan dalam memandang pemimpin atau kepemimpinan, wacana berkembangnya pemimpin dalam islam terlihat jelas setelah wafatnya pemimpin islam yakni rasulullah SAW, yang kemudian umat islam terbagi menjadi beberapa golongan ataupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa bernegara sekalipun. Kondisi seperti ini menjadi tidak sehat, tatkala antar satu golongan dengan yang lain saling menyalahkan bahkan mengkafirkan menganganggap golongan diluar golongannya salah bahkan dianggap kafir (truth claim).
Sejarah mencatat perbedaan tersebut adalah keniscayaan dengan keyakinan umat, bahwasanya tidak ada lagi nabi setelah rasul seketika meninggalnya rasulullah SAW, pembahasan kepemimpinan menjadi persoalan penting dalam islam. ketika rasul wafat para sahabat berdikusi membicarakan siapakah pengganti rasulullah SAW. Keputusan pembahasan antara sahabat tersebut memutuskan puncak kepemimpinan diserahkan kepada abu bakar as-sidiq. Kemudian sepeninggal dari abu bakar kepemimpinan selanjutnya diteruskan oleh Umar Bin Khatab, Utsman Bin Affan, kemudian Ali bin Abi Thalib. Keempat pemimpin sepeninggal rasullullah SAW tersebut dikenal dengan zaman Khulafaur Rasyidin.
Berakhirnya Khulafaur Rasyidin kepemimpinan dalam islam diteruskan oleh kelompok Bani Umayyah dan Bani Abbasisah sampai dengan kesultanan atau kerajaan-jerajaan islam lainnya yang menyebarkan islam sampai kenegeri spanyol, afrika, dan mesir. Perkembangan islam selanjutnya adalah terbaginya islam menjadi golongan-golongan. terbaginya kelompok-kelompok islam bukan hanya tanpa dasar yang jelas tetapi penuh dengan pertimbangan atas perbedaan pemahaman secara teologis akan kepemimpinan dari seseorang yang diamanhakan untuk melindungi dan menjaga masyarakat pada zaman itu. Sampai dengan hari ini pembahasan kepemimpinan dalam islam terus menjadi perdebatan bukan hanya dalam ruang teoritis tapi berkembang kedalam ruang realitas sosial masyarakat dimana Ada dua golongan islam yang tampak dan jelas bangunan kepemimpinan dan diakui oleh pakar atau ulama golongan masing-masing yaitu kepemimpinan dalam pandangan sunni dan kepemimpinan dalam pandangan syiah.
Menurut Pandangan sunni istilahkan pemimpin adalah khalifah dalam ruang lingkup struktur politik disebut kekhilafahan. Khalifah adalah seseorang yang dipercaya mengatur kehidupan masyarakat masyarakat muslim dan menjaga agama. Sedangkan kelompok syiah mengistilahkan pemimpin sebagai imamah yakni seseorang yang dipercaya bukan hanya mengatur masyarakt muslim secara politik namun juga dipercaya mengatur spiritual masyarakat. Perbedaan pemahaman kepemimpinan tersebut terletak pada kepercayaan golongan syiah bahwasanya pemimpin yang layak disebut imamah adalah keturunan daripada Nabi Muhammad SAW atau yang dikenal dengan ahlul baith dan bersifat maksum (bersih dari dosa).
Terlepas dari perbedaan pemahaman pemimpin antara sunni syiah, ada satu poin penting wajib adanya bagi setiap muslim yakni pemimpin. Umat islam diwajibkan mempunyai pemimpin dengan tegas dijelaskan oleh rasulullah dalam sebuah hadits “Siapa yang mati dalam keadaan tidak mengetahui imam/pemimpin di masanya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah.” Hadits lain yang mewajibkan umat islam harus memiliki pemimpin yaitu “Barangsiapa melepaskan tangan dari ketaatan pada penguasa, maka ia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat dalam ia tidak punya argumen apa-apa untuk membelanya. Barangsiapa yang mati dan di lehernya tidak ada bai’at, maka ia mati seperti keadaan orang jahiliyah.” (HR. Muslim no. 1851). Kedua hadits tersebut jelas mengisyaratkan pentingnya pemimpin bagi umat islam, dan umat islam sendiri diwajibkan untuk mengetahuii pemimpinnya. Sedangkan Mati dalam keadaan jahiliayah yang dimaksud adalah lepas tangan dari ketaatan atau tidak mau taat pada pemimpin bukan dalam perintah maksiat, kemudian mati dalam keadaan jahiliyah adalah mati dalam keadaan sesat dan salah jalan sama halnya pada zaman jahiliyah arab dahulu mereka tidak taat kepada pemimpin dan menilai aib menaati perintah pemimpin.
Mengapa diwajibkan pimpinan dalam hidup muslim? Ada banyak ayat yang menerangkan tugas dari pimpimpin, inti dari wajib adanya pemimpin secara struktur dalam islam dari beberapa ayat yang penulis baca yang pertama menjaga dan menjalankan syariat, kedua menjalankan amanah. Ketiga, menjaga keadilan. Penjelasan menjaga dan menjalankan syariat berarti pemimpin menjaga nilai-nilai mulia islam seperti kejujuran, kebaikan, toleransi dan lain sebagainya kemudian makna menjalankan syariat apapun tindak tanduk atau kebijakan dari pemimpin tidak bertentangan dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam Alqur’an serta penjabaran syariat yang dijelaskan dalam hadits. Penjelasan kedua adalah menjalankan amanah, menjalankan amanah berarti bertanggung jawab bukan hanya kepada diri sendiri namun bertanggung jawab kepada Allah dan sesama manusia. Bertanggung jawab kepada Allah yaitu manusia memiliki beban (tugas) untuk memakmurkan bumi (wasta’marakum alardh). Sebuah tugas yang maha berat, karena menuntut kesungguhan dan keseriusan kita dalam menjalankannya. Bahkan tugas ini jauh lebih berat dari melaksanakan ibadah. selanjutnya menjalankan amanah kepada sesama manusia yang berarti tanggung jawab secara sosial manusia kepada manusia dalam konteks bernegara amanah yang harus dijalankan tersebut adalah harapan atau keinginan dari masyarakat yang dipercayakan kepada pemimpin yang memegang dipercaya memegang kekuasaan baik eksekutif ataupun legislatif.
Penjelasan yang terakhir adalah menjaga keadilan. Islam diturunkan sebagai agama rahmatan lil aalamiin yang adil, yang menegakkan kemaslahatan bagi seluruh elemen. Pemimpin yang beriman, menjaga keimanannya dengan bertakwa, ia akan dituntun oleh Tuhannya untuk tidak berbuat sia-sia apalagi aniaya/dzalim. Dalam sebuah tulisan Agastya Harjunadhi (Persiden APII) menerangkan pemimpin yang mampu menghormati, menjaga dan menciptakan keharmonisan kehidupan berbangsa yang majemuk adalah pemimpin yang adil, yang menempatkan sesuatu pada tempatnya menempatkan pada tempatnya memiliki arti bekerja secara proposional dan tahu akan aturan hukum serta tidak mencampurkan antara kepentingan sendiri dengan orang banyak dan tidak mencampur adukan antara haq dengan yang batil.
Ada beberapa grand toeri pengertian pemimpin secara umum pertama yaitu pemimpin (imam) adalah seseorang yang ditunjuk untuk memiliki tanggung jawab memimpin oleh karena kodrat alamiahnya sebagai Manusia didasari oleh hadits rasullullah SAW yang berbunyi “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya”. kedua Kepemimpinan menurut Kreiner adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sukarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi. Dan ketiga Kepemimpinan merupakan satu ’seni’ yang mengarah kepada suatu proses untuk menggerakkan sekumpulan manusia menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan mendorong mereka bertindak dengan cara yang tidak memaksa yakni karena mereka mau melakukannya.
Uraian dari grand teori pemimpin diatas memiliki 3 entry point pertama pemimpin adalah kodrat atau sifat alamiah yang dimiliki setiap manusia, kedua pemimpin adalah orang yang bisa mempengaruhi orang lain (influence), dan ketiga pemimpin adalah sebuah seni. Ketiga point tersebut pada dasarnya pada hakikatnya sudah ada pada jadi diri manusia. namun, apa kriteria pimpimpin menurut islam yang mampu dalam menjalankan peran dan tugasnya sebagai pemimpin? Dari perbagai referensi umun yang sering digunakan, ada 10 kriteria pemimpin menurut islam yang bersumber Alqur’an dan Al Hadits. Yaitu : beriman dan beramal shaleh, niat yang lurus, laki-laki, tidak meminta jabatan, berpegang pada hukum allah, memutuskan perkara dengan adil, menasehati rakyat, tidak menerima hadiah, tegas, dan lemah lembut.
Ke 10 kriteria pemimpin dalam islam tersebut mesti didasari oleh sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, adapun sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin. Seperti halnya Rasullullah ada 4 sifat yang diberikan gelar kepada beliau dan diakui oleh teori modern sekalipun. Yakni : pertama Siddiq artinya benar. Benar pada konteks saat ini adalah persesuaian antara pernyataan dengan apa yang dilakukan tentu pernyataan tersebut berasal dari yang benar juga. kedua Amanah artinya benar-benar boleh dipercayai. Rasul kala itu mendaatkan gelar al-amin yaitu predikat sebagai orang yang dapat dipercaya. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, nescaya orang percaya bahawa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Ketiga yaitu Tabligh yang artinya menyampaikan perkara ummat tidak ada yang disembunyikan. Hal inilah yang dicontohkan oleh rasul ketika rasul menerima firman, meski ayat yang diterima rasul menyindirnya rasul tetap menyampaikan kepada umat untuk kepentingan orang lain.yang terakhir adalah Fathonah artinya bijaksana sebagai nabi dan rasul rasullullah dituntut untuk bijaksana halnya dalam menjabarkan firman Allah kedalam hadits sehingga firman Allah bisa dipahami oleh jama’ah atau rakyatnya. Sehingga ketika rakyatnya mengerti rasul dengan mudah memagerial rakyatnya untuk turut andil menegakkan nilai tauhid dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
Tidak ada komentar:
Write $type={blogger}Terimakasih atas partisipasinya
regards
mata reality