Oleh: Ketua Umum Kohati HMI Cabang Bengkulu
Entah
ibunya siapa "Rumahmu di mana, nak? Orang bilang anakku
seorang aktivis.
Kata mereka namanya tersohor
dikampusnya sana.
Orang bilang anakku seorang
aktivis,Dengan segudang kesibukan yang disebutnya
amanah umat .
Orang bilang
anakku seorang aktivis.Tapi
bolehkah aku sampaikan
padamu nak?
Ibu bilang
engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu. Anakku,sejak mereka
bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu
seorang aktivis .
Dengan segala kesibukkanmu, ibu berusaha mengerti betapa
engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat, Ibu sungguh mengerti itu nak...
Tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini
adalah sesuatu yang sia-sia nak ? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk
membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak, tanpa pernah ibu berfikir bahwa
itu adalah waktu yang sia-sia.
Anakku, kita memang berada disatu atap nak,diatap yang sama saat dulu
engkau bermanja dengan ibumu ini .
Tapi kini dimanakah rumahmu nak? ibu tak lagi melihat jiwamu
di rumah ini .
di rumah ini .
Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah,dengan penuh doa agar Allah senantiasa
menjagamu .
Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut, Mungkin
tawamu telah habis hari ini,tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu .
Ah,lagi-lagi .......
Ibu terpaksa harus mengerti, bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak
mampu lagi tersenyum untuk ibu .
Atau jangankan untuk tersenyum,sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja
engkau engkau,katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline.
Padahal,andai kau tahu nak,ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari
ini,memastikan engkau baik-baik saja,memberi sedikit nasehat yang ibu
yakin engkau pasti lebih tahu.
Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak,tapi bukankah aku ini ibumu ? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..
Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu, engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu.
Engkau nampak amat peduli dengan semua itu, ibu bangga padamu. Namun,sebagian
hati ibu mulai bertanya nak,kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu
ini nak ? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu ?
kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik- adikmu nak? Apakah adik- adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak?
Anakku,ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu.Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu. Memang nak,menghabiskan
waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat,tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kaulakukan.
Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak?
bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?
Anakku,ibu
mencoba membuka buku agendamu .Buku agenda sang aktivis.Jadwalmu begitu padat nak,ada rapat disana sini, ada jadwal mengkaji,ada jadwal
bertemu dengan tokoh- tokoh penting.
Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpulan agendamu,ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana.Ternyata memang tak ada nak,tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini.Tak ada cita-cita untuk ibumu ini .
Ibu membuka lembar demi lembarnya, disana ada sekumpulan agendamu,ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya, masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana.Ternyata memang tak ada nak,tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini.Tak ada cita-cita untuk ibumu ini .
Padahal nak,andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda
yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu ,putra kecilku.. Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka,mereka
bilang engkau seorang organisatoris yang profesional.
Boleh ibu bertanya nak,dimana profesionalitasmu untuk ibu ?dimana
profesionalitasmu untuk keluarga ? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat? Ah, waktumu terlalu mahal nak.Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu.."
Setiap
pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta,
ibu, ayah, kakak dan adik.
Akhirnya tak mundur sedetik tak
maju sedetik. Dan hingga saat itu datang,jangan
sampai yang tersisa hanyalah
penyesalan.
Tentang
rasa cinta untuk mereka yang
juga masih malu tuk diucapkan.
Tentang
rindu kebersamaan yangterlambat
teruntai......
Tidak ada komentar:
Write $type={blogger}Terimakasih atas partisipasinya
regards
mata reality