28 Maret 2014

Ayah, Aku ADA !

 

Oleh : Kurniana

Sepi, hening ,dikelilingi pohon – pohon tua yang lebat,tapi menenangkan. Begitulah suasana Desa Air Berkilir di Kabupaten Sasangga kala itu.

“pagi  bener pak,biasanya nunggu ibu selesai masak dulu “.

“ Bapak khawatir bu, sama kerbau disawah”. Bapak tergesa – gesa berangkat keluar rumah dengan cangkul dan topi rumbianya. Tanpa menoleh kekiri ataupun kanan, jalan bapak super cepat sekali karena begitulah bapak Imran yang selalu bersemangat demi menghidupi  istri yang sangat dicintainya. Dua jam sudah pak imran berjalan menyusuri pematang bukit yang jalannya begitu terjal. Sungguh tak dapat ditempuh dengan berjalan kaki,tapi begitulah kenyataanya bahwa bapak tak pernah mengeluh. Peluh bercucuran membasahi keningnya,sesekali di usapnya dengan tangan.

Tampak dari kejauhan mata pak imran mengarah ke kandang kerbaunya,kerutan kening mulai tampak,jantung pak imran mulai merasakan cemas.”dimana kerbau saya??!! “ mata bapak mulai mengelilingi sekitar sawah yang sedikit berlumpur tersebut.
         Diikutinya jejak kaki kerbau yang mengarah ke luar sawahnya.sungguh rasa kecewa mulai memenuhi pikiran pak imran,kerbaunya yang lagi mengandung yang beliau persiapkan untuk dijual yang nantinya ingin digunakan untuk jamuan kecil-kecilan menyambut kelahiran anak pertamanya,harus ia relakan meski sebenarnya hati pak imran menggerutu.Apalagi ketika pikirannya melayang tertuju kepada istrinya yang lagi mengandung anak pertama mereka.

“Tuhan aku tahu tak ada benda apapun yang seutuhnya milikku,terkecuali atas kebesaran-Mu. Aku bahagia,ada istri dan calon anakku hadiah terindah dari-Mu.” Ucapnya dalam hati.

Tepat pukul 05.10 pagi,hari masih gelap.tampak rembulan masih setia pada sandarannya langit yang begitu menceritakan kebahagiaan bahwa Tuhan telah menciptakan seorang putri buah cinta pak imran dan istri yang sangat dicintainya.Tangis pertama anak itu mulai memecah keheningan. Tangis bahagia mulai mengucur diwajah pak imran setelah tiga tahun ia tunggu karena belum Tuhan izinkan sebelumnya. Dipeluknya istri yang sangat dicintainya itu,sampai berurai kembali tetesan – tetesan air mata yang tak mampu ia bendung.”terima kasih, terima kasih…terimah kasih Tuhan”

“uuuuueeeeekk.....’uuuuuuuuuuueeekkkkkk....” berteriak kembali sang bayi seakan mendengar  ucapan sang ayah kepada ibundanya.Dirangkulnya putri pertamanya,lalu ia iqamatkan.tak lupa pak imran berdo’a atas syukur kepada Tuhan.sungguh mulai lengkap kebahagiaan yang dirasakannya.Terlukis senyum bahagia di rautnya.

“bu,ibu istirahat aja dikamar.biar bapak yang masak.Bapak kan jago masak.” Ucap bapak sambil tertawa. Begitulah kesetiaan bapak pada istrinya. Tak peduli seberat apapun pekerjaannya disawah atau di ladang,bapak selalu membantu ibu dirumah. Terlebih sekarang istrinya habis melahirkan.
“berapa sendok bu garemnya??,ntar keasinan ni sayurnya.” teriak bapak pada ibu yang sedang dikamar menyusui anaknya mirna.

Ibu nggak menjawab pertanyaan bapak,mungkin suara bapak kurang keras.tanpa menghiraukan jawaban istrinya lagi,bapak langsung mengambil garam yang diletakkan didalam botol biasannya ibu menyimpan. Ia tuangkan langsung tanpa diletakkan kedalam sendok terlebih dahulu.

aduuuuh,,” garampun masuk hampir seperempat botol,”yaa mana garam halus!!
Tak tahu lagi bagaimana rasa sayur yang dimasak bapak,mungin sudah berubah menjadi pahit.”gak apa-apa pak,masiih enak..Enak kok pak.” Sindir ibu dengan senyumnya...

“ibu,,tadi kan bapak kurang hati-hati aja,biasanya juga enak.” Tak pernah mereka mempermasalahkan masalah sepele yang membuat keharmonisan mereka berkurang.ibu dan pak imran selalu memahami akan kekurangan masing – masing. Bukankah pasangan hidup itu untuk saling melengkapi,berbagi,mendewasakan, dan membahagiakan. Begitulah prinsip pak imran.
Gemercik air sungai memecah heningnya pagi,burung – burung berkicau bersahut-sahutan,sang bola merah mulai menampakkan rautnya. Tak luput beberapa kera ikut menari berayun bersama lembutnya dahan. Lima ekor ikan ukuran sedang tergeletak di dalam bubu pak imran hasil dari pasangannya semalam.
“ikaan,,jangan dulu mati ya,biar Mirna lihat kamu berenang,hehe” kata pak imran.dengan suara lantang pak imran memanggil mirna dari luar,
“anakku sayaaang,ini ada ikan yang bisa menari”
Tanpa sabar bapak langsung meletakkan ikan itu,seperti orang kehausan yaa begitulah ikan langsung berlari berkejar-kejaran. Mirna tertawa sangat bahagia apalagi ketika melihat seekor ikan yang membuka mulut keatas permukaan air,dia geli seakan mau mengajak mirna berbicara. Maklum saja mirna baru berumur satu tahun lima bulan.
“sudah ya sayang mainnya,ibu masak ya ikannya??   tutur ibu.
Mirna mulai diam tanda tak setuju. Mukanya mulai masam dan dan sesekali menggigit jarinya.
Ayah langsung mengajaknya bermain untuk melipurkan sedihnya. sungguh rasa  kasih sayang dalam diri mirna mulai tumbuh . Bapak tersenyum menatap wajah polos mirna. Hati bapak terngiang pada masa lalu yang memutar otaknya mengingat beberapa tahun silam yang hidupnya begitu hampa tanpa buah hati mereka. Tak henti ucap syukur bergema di hati bapak imran.
Sungguh maha karya yang mengatur segala apa yang ada di bumi. Apakah manusia menyadari itu?
Entahlah...Hanya saja pak imran tak mau mendustakan kebesaran-Nya. Air mata penantian telah berganti seutuhnya berkat buah kesabaran yang menggores sejarah bahagia keluarganya.
Pagi itu,tak seekor ayam pak imran berkokok, biasanya ketika pak imran bangun untuk shalat subuh,alunan merdu si ayam – ayamnya selalu mengiringi. Tak seperti biasanya. Beliau masih saja melanjutkan wudhunya Karena tak mau menunda shalatnya.
“Tuhan, aku ingin istri dan anak – anakku selaluberbahagia. Akuingin Engkau cukupkan rejeki keluarga kami.semoga hari ini Engkau berikan rejeki yang berkah dan besar ya Allah. A-miiin…
Ucapan itu mengakhiri do’a pak Imran.Kembali fikirannya tertutu pada ayam-ayamnya yang tak kedengaran berkokok.
Lampu canting ( dari kaleng susu yang dilobangi dan diberi sumbu dengan bahan bakar minyak tanah ) menerangi kandang ayam meski agak samar- samar.
Sejenak pak Imran berhenti menghela nafas . Sejenak diam kemudian meninggalkan kandang ayam yang telah kosong entah dimakan mangsa atau…… dia tak mau melanjutkan kata hatinya yang akan berbuntut pada suuzon.
Ya memang,terkadang kita sulit menyetujui apa yang telah direncanakanTuhan yang padahal hal baik bagi kitapun belum tentu baik sepenuhnya,dan sebaliknya sesuatu yang kita anggap buruk malah membawa kemaslahatan. Aku hanya berencana dan melakukan urusan.
Sepuluh menit pak Imran duduk di meja makan sampai berfikir dengan sesekali meniup kayu bakar karena ibu sedang memasak nasi. Mereka bercengkrama dengan renyahnya.
#ini hanya pengantar cerita “Ayah,AKU ADA!
Sebenarnya cerita ini menceritakan tentang pengorbanan seorang ayah untuk anak-anaknya,dengan segala keterbatasan ekonomi yang dimilikinya tanpa menghilangkan didikan karakter yang membangun jiwa – jiwa yang kokoh untuk anak-anaknya.
Tapi mohon maaf,cerita ini baru dikerjakan sampai pengantar saja… maafkan saya yaa..
maaf yund.hehhee Mb litak yund, dag sanggup lagi nyelesaikan malam ini..
J
maaf dag sesuai janji..




Tidak ada komentar:
Write $type={blogger}

Terimakasih atas partisipasinya

regards

mata reality

TRENDING TOPIK

Pentingnya Organisasi Kepemudaan dalam Membangun Bangsa

Organisasi kepemudaan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pelembagaan kepemudaan dan memperkuat identitas nasional di Indonesi...