Oleh: Siami Maysaroh
Bening tatap wajah pandang
halaman hijau desa kecil sederhana
Terdengar sapa dari para
pemetik yang berjalan senyum menyambut sang surya
Menari jari-jari tangguh
dalam hamparan hijau pucuk bukit tanpa lembah
“Aku masih berada dalam
kehangatan surya pagi ini..”
Terik datang menyapa sampan
pingiran pantai
Ketika jala mulai ditebar
menyambut si ikan pembawa nafkah
Harapa itu masih terlihat
ketika si kecil duduk meunggu si ayah datang
Hingga malam menyapa
menghapus pelayaran hari ini
“Aku masih berada dalam
dinginya angin yang berhembus malam ini..”
Ini negeri kaya yang
disampaiakan Bapak petang lalu
Teriakan kaya dari
pinggiran surga masih terdengar..
“Negeri ku ini kaya raya”
kata beta di pelataran surga..
Lihat bocah kecil yang
meraung kehilangan pelukan
Hanyut dalam tangis
kemarahan alam yang mulai murka
Kehilangan tempat mereka!
Padahal baru kemarin mimpi
itu disampaiakan pada sang bocah malang
Dia tak pernah mengutuk
Bapak dan Bunda-nya
Putih awan memayungi
pipit-pipit nakal di taman padi
Diantara wajah-wajah
bercaping yang mulai merapuh
Masihkah negeri ini mereka
katakan kaya?
Saat hamparan padi tak lagi
mengenyangkan perut si bocah melarat
Salam hijau Indonesia ku!!
Negeri ku lucu, meski
melarat anak cucu mu,
tapi masih banyak yang
berkata kaya pada senyuman keangkuhan
Indonesia ku yang katanya
kaya!!
Pantai, Kebun dan Sawah
milik mu tak lagi membuat senyum
Bahkan pemilik kaya mulai
meronta ketakutan murka
Kehilangan kehangatan hijau
yang dulu sering berkata ‘sejahtera’
Sesampainya di akhir negeri
ku ( jika negeri ini memiliki ujung)
Aku hanya ingin tangisan
bocah itu menjadi nyata
Tangisan yang diperoleh
dari teriakan utopis pemilik kuasa
“Indonesia Negeri kaya!
Negeri kita paling sejahtera!”
Tertawa aku mendengarnya!!
“Indonesia Negeri kaya!!
Kata siapa??”
Bagus, seperti asrizal nur dari riau...
BalasHapus